Lombok Timur, Suara selaparang– Harga jual tembolak (tudung saji tradisional) saat pandemi mengalami penurunan. Sebelum pandemi, harga jual tembolak berkisar Rp. 300 hingga Rp. 400 per 20 biji/Kudi, sedangkan untuk harga yang sekarang sekitar Rp. 250 per 20 biji.
Pengepul sekaligus pengerajin tembolak asal Desa Peresak Kec Sakra Kab Lotim, M. Nasir menyampaikan, membeli tembolak dari pengerajin lain dengan harga Rp. 200-300 perkudinya. Itupun dalam keadaan setengah jadi.
“Belum kita beli chat dan biaya yang lainnya. Setiap penjualan kita kehilangan Rp.50 per 20 biji,” kata Nasir. Sabtu, (3/4).
Saat pandemi seperti ini, sambung Nasir, harga jual perbijinya sekitar Rp. 15.000-20.000. Sedangkan sebelum pandemi, Nasir biasa menjual dengan harga Rp. 20.000-30.000 perbijinya.
Hingga saat ini, ia mengaku pembeli masih minim, terlebih lagi awal-awal pandemi dulu.
Meskipun demikian, ia menegaskan tidak akan pernah berhenti untuk membuat tembolak.
Ia berharap pemerintah memberikan solusi agar harga tembolak tersebut mengalami kenaikan. Pasalnya, proses pembuatan tembolak tersebut tidak mudah.
“Dalam satu tembolak saja, kadang-kadang kita membutuhkan waktu sekitar Tiga hari untuk menyelesaikannya,” imbuhnya
Sementara itu, Kepala Desa Peresak Muhammad Tahnuji menyampaikan, untuk jumlah pengerajin tembolak yang ada di Desa Presak berjumlah 2000 lebih dari jumlah KK 3000 sekian.
Dalam menjaga kreativitas kesenian masyarakat Peresak tersebut agar tidak sampai punah, pemerintah desa (Pemdes) sudah mengumpulkan semua para pengerajin dan dijadikan satu kelompok dan akan diajukan kepada pemerintah daerah (Pemda).
“Sehingga 2000 pengerajin tembolak tersebut bisa tercover menjadi satu kelompok yang membesar,” katanya Tahnuji.
Dalam mendukung para pengerajin ini, kata dia, satiap setahun sekali pemdes memberikan bantuan berupa bahan bakunya dan akan diberikan bagi para pengerajin yang sudah menjadi anggota.
“Kita berikan bahan baku berupa daun dntal, satu ikat daun duntal untuk satu KK, itupun yang masuk menjadi anggota,” tutupnya.