Lombok Timur, SUARASELAPARANG.com – Pada prinsipnya, Kurikulum Merdeka tentu tidak boleh ada siswa yang tertinggal dari teman sebayanya.
Karena pemberian metode pembelajaran yang berbeda tentu dapat membuat siswa yang tertinggal minimal mendekati kemampuan teman sebayanya.
Tentu metode penilaiannya pun harus berbeda tidak harus tertulis tetapi proses belajar yang lain seperti diskusi, permainan, maupun hal lain yang membuat siswa tersebut dapat mengejar ketertinggalannya.
Khairul Ikhwan salah seorang Kepala sekolah (Kepsek) yang berada di wilayah Kec. Sikur, mengungkapkan alasan pihaknya tidak menaikan kelas anak didiknya, di karenakan anak tersebut males dan belum bisa mengenal huruf.
“Menurut laporan wali kelas, anak tersebut beberapa minggu malas dan belum bisa mengenal huruf,” ungkapnya.
Selanjutnya Kepsek ini juga mengakui belum memberlakukan Kurikulum Merdeka dan masih menggunakan Kurikulum K13.
“Tahun ajaran kemarin, kita belum memberlakukan Kurikulum Merdeka. Kita masih menggunakan K13, kita akan berlakukan pada tahun ajaran baru ini,” tutupnya.
Sementara itu, salah seorang wali murid, Mahyuni mengakui dirinya sudah di panggil oleh pihak sekolah untuk meminta anaknya tidak di naikan kelas dengan alasan belum bisa membaca dan baru mengenal beberapa huruf.
Namun terkait anaknya di bilang males, dirinya sangat membantah hal tersebut. Karena menurutnya anak sangat rajin dan selalu mengantar jemput anaknya.
“Saya sudah di panggil sama pihak sekolah untuk meminta anak saya di didik kembali di kelas 1 sekolah dasar. Karena menurutnya, anak saya belum bisa membaca dan baru mengenal beberapa huruf. Namun kalau masalah anak saya malas, saya membantah hal tersebut, karena saya selalu mengantar jemput anak saya sekolah,” jelasnya.
Kurikulum Merdeka, Tidak Ada Siswa yang Tinggal Kelas
Saat di konfirmasi, Kepala Bidang Sekolah Dasar, Khairurrazak mengungkapkan, tidak ada anak yang tidak naik kelas, terkecuali dengan alasan yang sangat urgent.
Khususnya anak kelas 1 dan 2 juga tidak harus di tuntut untuk bisa membaca, menulis dan berhitung.
“Pada dasarnya kelas 1 dan 2 tidak ada istilah tidak naik kelas, terkecuali anak tersebut malas atau jarang sekolah. Khususnya anak kelas 1 dan 2 tidak harus di tuntut untuk bisa membaca, menulis, dan berhitung,” ungkap Kabid SD.
Masih dengan Kabid SD, “Sistem sekarang berbeda dengan sistem yang lama, Sistem Pembelajaran berdiferensiasi tak lain adalah salah satu strategi pelaksanaan kurikulum merdeka. Di tinjau dari perspektif pendidikan, pembentukan strategi ini di lakukan supaya peserta didik dapat secara bebas berekspresi dan bereksplorasi mengenai materi-materi yang di tawarkan oleh guru. Artinya, teknis pembelajaran yang sebelumnya telah di pusatkan pada peserta didik, kini di buat lebih variatif di sesuaikan dengan minat dan bakat masing-masing peserta didik,” tutupnya.
Ikuti kami di Google News